Categories
Comics Featured Galigo Gallery I UPS! La Galigo Ilustrasi Karakter Lontara Project Photos

Once upon a Time… #1

ONCE UPON A TIME… adalah komik parodi yang ceritanya terinpirasi dari kisah-kisah di dalam La Galigo. Ada banyak cerita jenaka yang menarik dan menghibur pada epos ini, menggelitik kita untuk menampilkan tradisi agar tidak kaku dan lebih terbuka kepada generasi muda. Masih pada rambu-rambu yang dapat diterima, kami menghadirkan komik seri 6 panel ini untuk teman-teman agar dapat mengenal episode-episode menarik La Galigo. Selamat membaca!

Rafika Ramli, dara kelahiran Makassar tanggal 28 Januari 1991 ini pernah menikmati rasanya tinggal di Amerika Serikat selama setahun melalui program pertukaran pelajar AFS-YES. Ia yang tengah melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin punya banyak hobi; mulai dari basketball, fotografi, jalan-jalan, menggambar, hingga bersih-bersih. Pantang menyerah, gadis yang rajin sholat ini mewakili kampusnya dalam ajang Philip Jessup International Moot Court Competition. 

Categories
Comics Galigo Gallery I UPS! La Galigo Lontara Project

La Galigology Comic Series #1: Character Introduction (Meong Mpaloe karellae & miko-miko)

Komik merupakan salah satu media terbaik untuk bercerita. Dengan memanfaatkan media ini kita dapat menyelamatkan karya leluhur yang telah berumur ratusan (bahkan ribuan) tahun lho. Lontara Project mengangkat kembali kisah-kisah kuno untuk generasi muda melalui seri LA GALIGOLOGY. Komik ini terdiri atas beberapa seri dengan tema yang berbeda pada setiap episodenya, mengupas sejarah dan isi La Galigo. Selamat membaca teman-teman!

to be continued…

Anggraeni Wulandari, seorang penggemar WWF, The Sims, dan Dunkin Donuts. Gadis yang punya “nama beken” Ren Midyardigan a.k.a. Xpica ini  hobi menggambar dan main video game. Penuh bakat, ia tidak banyak bicara, karena Ia mengekspresikan dirinya lewat gambar. Ingin tahu lebih jauh tentangnya, silakan kunjungi http://xpica.deviantart.com/

Categories
101 La Galigo Featured Liputan

Cupcake Kecil yang Melestarikan Aksara Lontaraq

Zaman sekarang ini, menyelamatkan budaya dengan cara yang konvensional udah bukan musimnya lagi. Apa saja bisa dimanfaatkan sebagai media berkreasi. Cupcake sekalipun bisa jadi salah satunya. Yuk, simak kisahnya berikut ini.

Berawal dari keisengan, Winarni K Suprimardini atau yang akrab disapa Inart ini berhasil membuka usaha kue yang Ia namai Doubleyou Cakes. Meskipun menyandang gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Inart tidak ragu untuk terjun ke bisnis kue ini. Inart yang memang senang bikin kue, pada awalnya hanya iseng mencoba berbagai resep untuk mengisi waktu luangnya. Bersama sang kakak, Ia rajin mempraktekkan resep-resep baru hingga akhirnya kepikiran untuk membuka sebuah usaha. Akhirnya, dengan modal Rp 50.000, Ia membuka Doubleyou Cakes pada tahun 2010. Jangan salah, walau terbilang baru, usaha Inart ternyata sudah menjangkau Balikpapan dan Surabaya lho.

Ide untuk membuat cupcake huruf Lontaraq dan Baju Bodo (baju adat Sulawesi Selatan) muncul ketika Inart terpilih untuk mewakili Makassar sebagai finalis kompetisi wirausaha yang diselenggarakan oleh salah satu bank nasional di Jakarta pada awal tahun 2012. Di ajang tersebut Inart menyaksikan bagaimana sebagian besar peserta datang dengan ciri khas daerahnya masing-masing, sekalipun yang berasal dari kategori industri. Tidak ingin menjadi biasa, Inart kemudian memutar otak agar dapat menampilkan ciri khas Makassar di dalam kuenya. Singkat cerita, muncul ide untuk membuat cupcake huruf Lontaraq. Ternyata, kreasi tersebut menarik perhatian banyak pengunjung dan peserta lainnya. “Mereka tertarik karena baru pertama kali melihat ada cupcake yang diatasnya ada bentuk seperti itu.” aku Inart.

Inart, Si Kreatif Pencetus "Cupcake Lontaraq"

Seiring dengan berjalannya waktu, ide lain pun muncul untuk membuat cupcake baju adat. Inart yang juga pernah menulis buku “Makassar dari Jendela Pete-Pete” berpikir bahwa selama ini panganan khas Makassar, seperti kacang disko atau otak-otak, terlalu umum dan kurang bervariasi. Turis lokal maupun internasional cenderung hanya membeli panganan itu-itu saja padahal sebenarnya Makassar masih mempunyai banyak cemilan yang dapat dijadikan oleh-oleh. Inilah yang menjadi target Inart selanjutnya,

Kita mau menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Makassar yang diingat dan akan dibawa pulang jika berkunjung ke Makassar. Ingat Makassar, ingat Doubleyou Cakes”.

Selain cupcake, Doubleyou Cakes juga membuat coklat, kue kering, dan kue ulang tahun. Inart mengaku saat ini timnya tengah berinovasi dengan resep kue kering yang menggunakan rempah khas Makassar, seperti jahe dan kayu manis.

Inart yang juga aktif di berbagai komunitas berharap dengan modal kreativitas, Makassar bisa jauh lebih berkembang.

Kalau kita punya potensi tunjukkan. La Galigo saja bisa terkenal sampai seluruh dunia, berarti kita punya sesuatu yang positif. Kita harus tunjukkan bahwa Makassar tidak seperti yang banyak diberitakan media massa dengan berbagai citra negatifnya.

Nah, tidak sulit kan untuk melestarikan budaya? Berbagai jalan bisa ditempuh. Tinggal kombinasikan hobi dan bakatmu, campur dengan sejumput kreativitas, lalu voila! Terciptalah beraneka cara pelestarian budaya ala kamu sendiri. Sejauh ini, pemasaran Doubleyou Cakes masih melalui media online. Bagi yang berminat mencoba, silakan kunjungi http://www.doubleyoucakes.com/.