ada satu jalan yang panjang hampir tak bercabang
tempatku berguru ilmu baru
tempatku melepas rindu dengan pesisir yang baru
mata adalah indera paling aktif saat aku mulai bersetubuh dengan atmosfirnya
aku datang sebagai teh kering siap seduh
aku bimbang mencari tempat menyatu
kemudian mereka datang membawa pemanis, air panas, dan cangkir-cangkir kegembiraan
separuh malam habis terlahap wajah-wajah yang perlahan melepas beban-bebanku
aku berani meletakkan kata baru di kamus bahasaku
untuk mereka
jika ada kata kata yang lebih tinggi diatas bijaksana
kuartikan sebagai hal langka
ada keluh tentang janji rupanya
janji tak pernah tumbuh subur kecuali jagungnya
janji tak pernah merekah kecuali bibir-bibir bidadarinya
janji tak pernah bersahabat kecuali mereka yang selalu berkerabat, sangat-sangat dekat
sudah sekian musim
mereka lelah dan memilih diam kembali
meneruskan imaji dalam kepala tentang keterbatasan menuju kesudahan
dan hidup normal dalam anggapan
airmata tidak betah bersemayam lama-lama; mendesak keluar agar ikut merasa
kepada nama-nama yang sepantasnya untuk mereka
sebuah tanah begitu hidup tak disadari betapa kaya
yang seharusnya membuka mata sambil melangkah kesana
adakah jalan mengairi hati-hati kering yang ditunjuk? di dalam ruang sejuk
atau paling tidak lembaplah matanya
Lemolemo, 28 Februari 2015